mereka selalu bilang "jangan terlalu difikirin", "gaperlu mikirin macem-macem". tapi selalu, semua yang aku fikirkan, yang mereka bilang "kejauhan", "macam macam" itu sedikit demi sedikit menjadi kenyataan.
apa dengan begitu menunjukan bahwa aku telah salah selama ini? atau dengan itu malah menjadi sebuah pembenaran "tuh kan, apa aku bilang".
hidup itu kadang lucu lagian. ada yang mau banget sama kita tapi kita ngga mau sama dia, ada juga yang kitanya mau banget sama dia tapi dianya engga.
ah, aku semakin skeptis soal perasaan, kalau yang selalu benar itu datangnya dari fikiranku sendiri.
tapi aku masih berharap, suatu hari nanti aku bisa berkata "ternyata aku salah" dan "tuh kan, apa aku bilang" menjadi kalimat dari mereka.