Slide # 1

WELCOME

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” -Dee

Slide # 2

WELCOME

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” -Dee

Slide # 3

WELCOME

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” -Dee

Slide # 4

WELCOME

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” -Dee

Slide # 5

WELCOME

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” -Dee

Kamis, 27 Februari 2014

Aku dan Kamu adalah Kita

Kita telah bersahabat sejak kita belum mengenal kerasnya dunia ini. Masa-masa indah yang kita jalani, memberikan kita kenangan yang tak terlupakan. Tertawa dan menangis telah kita lalui bersama, kita sangat dekat dan saling melengkapi. Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku.

Kemudian, waktu merenggut persahabatan kita. Banyak hal yang berubah dari kita, kehidupan memaksa kita untuk mengikuti perubahannya. Umur kita yang semakin bertambah, membuat pandangan hidup dan kebahagiaan kita pun menjadi berbeda. Jalan fikiran kita tidak lagi sama, semakin banyak juga hal yang kita persoalkan.


Tak bisakah kita menahan ego kita?
Tertawa dan menangis bersama lagi. Menceritakan kisah kisah kita tanpa adanya kepura-puraan.
Tak bisakah kita seperti dulu lagi?
Saat dimana tak banyak hal yang kita permasalahkan. Lalu melewati masa-masa kebodohan kita lagi, dan menertawakannya dimasa depan


Sahabat, apapun yang telah terjadi hari ini, terimakasih telah menjadi bagian dari kehidupanku. Aku akan selalu bahagia dengan kesuksesanmu.
Semoga Allah selalu melindungi kamu.

Minggu, 23 Februari 2014

Cinta kadaluarsa

“Brakk!”
Suara dan teriakan teriakan itu terdengar lagi, dan aku hanya bisa diam menangis di dalam kamarku. Bahkan saat ini aku sudah jarang menangis lagi ketika itu terjadi, aku sudah bosan, lelah, sampai rasanya inginku memberontak dan mengeluarkan seluruh amarahku untuk memaki-maki mereka yang selalu saja mempermasalahkan sesuatu.


Kakak laki-laki ku, dia lebih memilih untuk tinggal di kostan nya daripada dirumah. Sepertinya dia sudah tidak tahan lagi dengan keadaan rumah, kalau tidak ada aku disini mungkin dia tidak akan lagi mengunjungi rumah ini. Aku kadang marah padanya, kenapa dia seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi, aku ingin juga pergi dari rumah ini, tapi tidak seperti dia, hidupku masih bergantung pada mereka, miris memang. Dirumah ini aku seperti hanya menumpang tidur dan makan saja, jarang ada komunikasi yang terjadi di keluargaku

Ayahku seorang yang sangat mementingkan egonya , semua harus mengikuti aturannya. Dia tidak pernah peka, bertingkah seakan dia benar-benar peduli dan seolah sangat mengenal aku, padahal dia sama sekali tidak pernah benar-benar mengenal aku sebagai anaknya. Dia bahkan tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri...

Ibuku tak beda jauh dari ayah, mereka sama-sama suka bertingkah kekanak-kanakan. Sering kali aku miss komunikasi dengan ibuku.
Ayah dan ibuku, mereka selalu merasa paling benar dan paling berkuasa di rumah ini. Aku sudah tidak tahan, saat aku membuat kesalahan dan berbuat nakal mereka saling menyalahkan karna tidak bisa mengurusku, padahal aku melakukan untuk mendapatkan perhatian dari mereka.

Saat aku mendapat penghargaan atau menjadi peringkat satu dikelas, respon mereka datar seolah apapun yang aku lakukan tidak berguna. Tetap saja mengganggapku pemberontak. Aku hanyalah bencana, musibah, selalu dianggap awal permasalah ayah dan ibu. Aku berharap aku tidak dilahirkan dikeluarga ini, atau bahkan tidak pernah dilahirkan..
Ayah dan ibuku sering bertengkar hanya karna masalah-masalah kecil, hal-hal yang mungkin sudah biasa dalam setiap rumah tangga. Tapi aku rasa ini benar-benar sudah keterlaluan, selalu setiap saat ada saja yang dipermasalahkan. Mereka terlalu egois untuk dapat mengerti satu sama lain.

Bahkan aku berfikir, bagaimana bisa mereka berdua dipertemukan  dan  menikah  padahal yang aku lihat mereka sangat sangat tidak cocok satu sama lain? Bagaimana bisa dua orang yang dulunya mencintai, membina sebuah rumah tangga, dan bahkan mempunyai dua anak bisa dikalahkan oleh egonya masing-masing?
Apa cinta memang sesederhana itu? Akan pudar sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu. 

Itulah yang membuat aku takut dengan cinta. Daripada mencari pasangan hidup, aku lebih memilih untuk dijodohkan dengan lelaki pilihan ayah, toh, pada ahkirnya cinta akan tetap kadaluarsa kan? :)

Saat kamu lelah direndahkan orang lain

Kamu tak usah bersedih
Kamu hanya sedang sial
Karna selalu terlihat saat kamu sedang melakukan kesalahan


Kamu tak perlu bersedih
Hanya perlu membuktikan
Kamu tak seperti yang mereka fikirkan selama ini


Buatlah mereka terheran-heran
Dengan masa depanmu nanti
Dan kita bisa lihat nanti
Siapa yang akan tersenyum paling akhir


Yakinkan dalam dirimu
Kamu bisa, kamu mampu
Jangan ada keraguan lagi
Buat semua rasa menjadi pasti


Jangan kamu membenci dan mencaci mereka dimasa depan nanti
Senyum dan berterimakasihlah kepada mereka
Yang telah membangkitkan semangatmu
Yang membuatmu ingin membuktikan kalau apa yang mereka fikir itu salah

Untuk masa depan nanti

Memori

Kau datang lagi kemari, setelah sekian lama tak bertemu. Kaos polos hitam, jeans, dan kamera yang tak pernah lepas dari tanganmu. Simple, tapi seperti inilah kamu. 

Kau mulai menyapa begitu melihatku. 
"Kangen gak?" tanyamu dengan senyum yang masih sama seperti dulu.
"Biasa aja" jawabku datar  

Jujur aku tidak tahu apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Yang jelas, aku senang melihatmu kembali.

Pertemanan

Ini bacaan paling gj loh, masih mau baca? Terserah.
Teman, semua orang tentu memiliki sedikitnya satu orang teman dalam hidupnya. Entah itu sesama manusia, hewan, tumbuhan, maupun benda, teman adalah sesuatu yang menemani disisi kita.
Dulu aku berfikir, di dunia ini khususnya dihidup aku itu gak ada teman yang benar benar teman.
Semuanya penuh dengan kepura-puraan, atau apa yang orang sebut "Fake Friend".
Aku memang mudah percayai sama semua orang, tapi sekaligus juga ada rasa curiga. Intinya sih, gak 100% percaya atau sering meragukan ._.)v


Perhatikan dialog ini:
A : aku sedih banget nih
B : kenapa? Ada masalah, cerita aja
A : kenapa sih aku gak pernah bisa punya sahabat yang baik dan care :( semuanya gak ada yang mau peduli sama aku.
B : hmm, aku lebih kasian lagi
A : emang kenapa?
B : ada orang yang aku anggap sahabat, tapi kayanya cuma aku doang yang nganggap gitu. hahaha
A : kasian banget :'o

Udah dibaca dialog gaje nya? Ada apa? Gak tau aku juga xD Hmm ._.  jadi gini,
Terkadang, kita sering merasa kesepian di hidup ini :'( padahal temen kita banyak.
Karna kita selalu punya fikiran, mereka yang datang akan pergi. Mereka bersenang senang tanpa kita.

Bisa jadi, kita terlalu banyak menaruh rasa curiga bahwa nantinya mereka akan mengkhianati kita.
Bisa jadi, kita kurang bersyukur dan terlalu banyak menuntut atas perlakuan baik mereka.
Bisa jadi, kita terlalu banyak mengingat hal buruk tentang mereka.
Yang membuat kita merasa mereka berpura-pura ingin berteman dengan kita.
Merasa dimanfaatkan, didatangi hanya saat dibutuhkan dan lupa lalu pergi saat mereka bahagia.
Dan pada akhirnya yang tersisa hanya kita seorang.
Tapi kemudian aku sadar, aku mulai bosan, aku mulai muak, aku mulai lelah dengan pemikiranku tentang semua teman adalah fake friend.
Aku berfikir sebaliknya, berada diposisi mereka juga, mungkin mereka sama seperti aku.

Begini..
Pada dasarnya, aku ingin mempunyai teman yang banyak, kemudian aku mencari dan aku mendapatkan teman. Tapi aku tidak bisa menjaga semua pertemanan itu, aku mempunyai batas karna tak bisa semua aku jalani dalam satu waktu.
Teman lama tergantikan oleh teman yang baru. Dan ITU BUKAN KEMAUANKU. Semua terjadi begitu saja kan? Mungkin karna kurang nya komunikasi dengan teman lama, dan banyak berinteraksi dengan teman baru membuat hubungan dengan teman lama perlahan merenggang dan tergantikan dengan teman yang baru.
Tapi bukan berarti kita bukan teman lagi kan? Kita tetap berteman, hanya saja saat aku ingin memulai untuk berkomunikasi kembali, ada rasa canggung yang mengganggu. Yah.. dan juga aku terlalu gengsi untuk menyapa terlebih dahulu
Intinya, ada kemungkinan tak sedekat dulu


Mungkin, memang benar. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.. dan memang ada tipe teman yang hanya mencari keuntungan dari sebuah pertemanan. Kalau itu sih, kita harus pandai-pandai memilih teman. Bahaya kan, apalagi kalau sampai salah pergaulan :o *bukan pemilih dalam berteman ya* tapi jangan terlalu curigaan dan menganggap kamu selalu sendirian yaa, karna itu akan membuat proses pertemanan kamu terganggu. 
Maka kali ini, syukurilah teman yang ada disisi kamu, buat kenangan manis yang takkan mereka lupakan. Agar saat berpisah nanti kita bisa memberikan satu kenangan baik untuk mereka. Jaga apa yang ada saat ini, karna nanti keadaan belum tentu sama.

Dan khusus untuk seorang sahabat, sebagai teman yang paling dekat. Teruslah berkomunikasi dengannya, kabari mereka bahkan disaat-saat tersibuk kalian. Karna jika tidak, mereka akan pergi, sama dengan teman-teman mu yang lain.

Aku suka caramu..

Aku suka caramu tersenyum
Aku suka caramu tertawa
Aku suka caramu terdiam
Aku suka caramu kesal dan marah       
Aku suka caramu berjalan
Aku suka caramu duduk
Aku suka caramu tertidur
Aku suka caramu bermain gitar
Aku suka caramu bernyanyi
Aku suka caramu termenung
Aku suka caramu bertanya
Aku suka caramu berfikir
Aku suka caramu menolong
Aku suka caramu berbicara dengan tatapanmu
Aku suka caramu menulis
  
Aku suka caramu datang
Aku suka caramu pergi dan menghilang.
Aku suka caramu... ada
aku suka caramu

Suara kami

Semua orang ingin agar suaranya di dengar oleh orang lain. 
Kamu hanya harus berteriak lebih keras,
atau lebih lama lagi jika ingin suaramu terdengar.

Tapi sekuat dan selama apapun aku berteriak, tetap tak ada artinya.
Mungkin kita lupa, bahwa bukan hanya kita,  
tapi semua orang ingin agar dirinya di dengar.

Jika benar begitu adanya, maka dunia ini pastilah begitu bising. 
Ditempat bising seharusnya kita tak mungkin merasa kesepian,
ini lah yang akhirnya membuat aku lelah dan berhenti mencoba.

Ditempat lain.
Dengan berbagai cara, orang-orang diatas sana berusaha mengumpulkan suara kita.
Untuk memimpin, dan mengatakan akan membebaskan kita dari kesengsaraan hidup.

Mereka mengambil suara kita, lalu saat mereka telah berhasil mengumpulkan suara itu.
Mereka perlakukan kita seperti penjahat, yang seakan akan membahayakan mereka.

Kemudian menyuruh kita menyingkir dari jalannya, seakan kita hanyalah sampah yang menghalangi tujuannya.

Dan karna suara yang diambil itu, kita menjadi bisu.
Kita hanya bisa diam.

Kesepian..

Orang bilang, berada di tempat sepi membuat nya merasa kesepian, 
tapi bagiku tempat sepi tak selalu identik dengan kesepian. 

Justru di tengah keramaian seperti ini, aku menyadari sebetulnya aku sendirian dan merasa sangat kesepian, 

semua orang sibuk dengan dunianya. 
Membuatku merasa, aku tak punya siapa siapa.
 
Aku bukanlah pemain utama, 

bukan juga pemeran pembantu. 
Mungkin hanyalah penonton yang bahkan tidak tahu mana dunia yang benar-benar ada.

Aku merasa aku bukanlah apa-apa di lingkunganku, 

kehadiranku dan apapun yang aku lakukan tak berarti apa-apa.
Di kehidupan ini, aku hanyalah penonton.

Chat 3D

Club Cooee